Sabtu, 10 November 2012

Minimal Intervension (DHE, OP, Aplikasi Fluor dan Fissure Sealant)


Minimal intervension atau disebut juga perawatan non invasif merupakan suatu bentuk perawatan seminimal dan sedini mungkin yang diberikan kepada pasien berupa teknik pencegahan terhadap keberlanjutan penyakit pasien beserta pengobatan dengan melibatkan pembuangan jaringan normal gigi seminimal mungkin.

Minimal intervension meliputi:
1. DHE (Dental Health Education)
    DHE merupakan pendidikan kesehatan gigi yang diberikan kepada anak beserta orang tuanya. Pendidikan kesehatan yang dapat kita berikan kepada pasien seperti memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menyikat gigi yang benar, kemudian kontrol diet berupa pengecekan jumlah asupan gula dari pasien sehingga kita dapat mencegah terjadinya kerusakan gigi, serta langkah-langkah yang dapat diambil oleh pasien untuk peningkatan oral hygiene (kebersihan rongga mulut).

Beberapa anjuran yang dapat diberikan saat memberikan DHE:
a. Menyikat Gigi

 
     Menyikat gigi adalah kegiatan yang sering diabaikan oleh masyarakat. Padahal dalam meningkatkan kebersihan mulut, menyikat gigi merupakan pilihan utama yang paling baik dan mudah untuk dilakukan. Kebiasaan menyikat gigi juga harus diajarkan kepada anak sejak giginya sudah mulai erupsi mengingat anak-anak suka dengan makanan yang manis sehingga rentan terjadi karies. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyikat gigi, yaitu:
  • Sikat gigi minimal 2 kali dalam sehari, yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur.
  • Sikat gigi dilakukan 30 sampai 40 menit setelah makan karena segera setelah kita makan pH rongga mulut akan terus menurun sebagai dampak adanya asam yang dihasilkan bakteri akibat tersedianya sisa makanan dalam rongga mulut. Sebagaimana yang kita ketahui, asam dapat melarutkan struktur email sehingga hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan gigi yang juga dapat diperparah dengan abrasi bila kita langsung menyikat gigi selesai makan. 
  • Pilih sikat gigi yang lembut untuk mencegah abrasi pada gigi dan luka pada gusi.
  • Pilih pasta gigi yang berfluoride.
  • Gunakan antibakteri bila diperlukan. Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan antibakteri secara terus menerus dapat membunuh flora normal di mulut sehingga berpotensi meningkatnya jumlah jamur dalam mulut.
  • Gunakan sikat gigi untuk pribadi, jangan bertukar sikat gigi dengan orang lain. Kebiasaan ini biasanya dilakukan di dalam keluarga. Kebiasaan ini tidak baik, karena bakteri dapat tinggal dalam waktu yang cukup lama pada bulu sikat gigi, sehingga dengan cara ini bakteri dapat berpindah dari mulut ke mulut. 
Cara menyikat gigi yang benar:
  • Letakkan pasta gigi pada sikat gigi. Untuk orang dewasa, dapat menggunakan pasta gigi sepanjang bulu sikat, sedangkan untuk anak-anak cukup sebesar biji jagung.
  • Menyikat gigi sebaiknya dimulai dari kanan atas ke kiri atas bagian luar, kemudian dari kiri atas ke kanan atas bagian dalam. Selanjutnya turun ke kanan bawah sampai ke kiri bawah bagian luar dan terakhir dari kiri bawah ke kanan bawah bagian dalam. 
  • Gigi bagian depan disikat dengan gerakan atas bawah agar makanan yang terselip diantara gigi dapat dibersihkan.
  • Gigi bagian belakang/samping disikat dengan gerakan memutar.
  • Gigi bagian dalam disikat dengan gerakan seperti mencungkil.
  • Bagian mahkota gigi disikat dengan gerakan maju mundur.
  • Beri tekanan ringan pada sikat gigi.
  • Berkumur sampai bersih untuk menghilangkan busa sisa pasta gigi.
b. Kontrol Diet
    Kontrol diet yang dimaksud disini bukanlah diet yang dilakukan untuk menurunkan berat badan, melainkan pengaturan jumlah dan frekuensi asupan makanan serta minuman yang dilakukan 3-7 hari sehingga dapat kita ketahui kebiasaan makan dari pasien apakah itu baik atau buruk.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kontrol diet adalah
  • Kita mengurangi frekuensi makan dari pasiennamun tidak mengurangi jumlahnya. jadi, dalam sehari pasien makan 3 makanan utama dan 2 atau 3 makanan tambahan. Makanan tambahan berupa makanan yang hanya mengandung sedikit sukrosa (gula).
  • Jangan ngemil diantara jam makan karena dapat mengganggu kerja saliva dalam menetralkan asam.
  • Anak-anak boleh dikasih permen hanya sekali seminggu atau diberikan permen yang tidak mengandung gula seperti xylitol.
Cara melakukan kontrol diet:
  • Pada kunjungan pertama, kita berikan borang kepada pasien untuk diisi dirumah. Borang ini berupa tabel yang harus diisi pasien dengan jujur mengenai apa saja yang dikonsumsi oleh pasien setiap harinya dalam seminggu. Catat juga waktunya saat pasien makan. 
  • Pada kunjungan berikutnya, pasien menyerahkan borang yang sudah diisi lalu kita hitung asupan makanan pasien (dalam hal ini jumlah sukrosa).
  • Kita berikan penjelasan mengenai kontrol diet yang benar kepada pasien.
 2. OP (Oral Prophylaxis)
     Oral prophylaxis merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan rongga mulut, baik dilakukan di rumah maupun dilakukan di klinik oleh tenaga professional (dokter gigi). Tindakan ini termasuk kedalam DHE, namun berbeda dengan DHE yang lebih kepada pendidikannya, sedangkan OP langsung kepada tindakannya.

OP yang dapat dilakukan dirumah,seperti:
     a.  Menyikat gigi. 
          Pada anak-anak, diajarkan oleh orang tuanya.
     b.  Melakukan flossing.
      Penggunaan benang gigi (dental floss) ini cukup baik digunakan untuk menghilangkan sisa makanan yang sulit dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi.
Cara penggunaan:
  • Potong benang floss 5-10 cm, putar ujungnya pada jari tengah.
  • Lewatkan benang floss perlahan-lahan melalui titik kontak gigi (antara gigi) naik dan turun.
  •  Jangan terlalu kuat menggesekkannya, karena dapat mengakibatkan luka pada gusi.
  • Setelah flossing, kumur dengan kuat.
    c.  Menggunakan tooth pick (tusuk gigi).
         Penggunaan tooth pick kurang dianjurkan, karena dapat melukai gusi.
    d.  Antibakteri
         Anti bakteri digunakan hanya bila diperlukan, seperti obat kumur.

OP yang dilakukan oleh dokter gigi, seperti:
     a.  Rotating Instrumen.
          Menggunakan alat seperti mikromotor brush, rubber cup atau pumice.
Cara penggunaan:
  • Aplikasikan disclossing gel untuk melihat plak. 
  • Bersihkan permukaan gigi dengan brush kecepatan rendah.
  • Cuci dengan semprotan air.
     b. Scaler.
         Bisa dilakukan dengan manual ataupun dengan scaler dengan motor (getar).

3.  Aplikasi Fluor
     Pengaplikasian fluor terbagi 2, yaitu:
  a. Secara Sistemik
      Pengaplikasian fluor dengan cara diminum sehingga fluor bekerja melalui aliran sistemik tubuh. Biasanya dilakukan dengan minum air  atau makan makanan berfluoride. Pemberian asupan fluor melalui sistemik ini cukup beresiko terjadinya kelebihan fluor, karena sulit untuk mengatur keseimbangan asupan fluor saat kita makan sehari-hari.

 b. Secara Topikal.
     Aplikasi fluor dilakukan untuk mencegah terjadinya karies. Biasanya diberikan kepada pasien yang mengalami white spot pada gigi. Pengaplikasiannya dengan cara mengoles atau berkumur dengan larutan mengandung fluoride. Ada 2 jenis bahan yang digunakan dalam aplikasi fluor secara topikal ini, yaitu:
  • NaF yang mengandung fluoride 2%, diberikan 4 kali berturut-turut selama setahun.
  • SnF2 yang mengandung fluoride 8%, diberikan 2 kali berturut-turut selama setahun.
  • APF gel.
Cara pengaplikasian fluor dengan menggunakan APF gel:
  • Pasien diberikan OP terlebih dahulu.
  • APF gel diletakkan ke dalam tray sekali pakai.
  • Aplikasikan 1 menit di rahang atas dan satu menit di rahang bawah.
  • Sisa gel tidak dikumur tapi cukup diludahkan saja.
  • 1 jam setelah aplikasi APF gel baru boleh makan atau minum.
  • Ulangi penggunaannya setiap 6 bulan.
4. Penggunaan Pit dan Fissure Sealant
    Pit dan fissure merupakan bentuk anatomis normal yang terdapat pada gigi. Hanya saja, pit dan fissure ini bisa sewaktu-waktu menjadi bertambah dalam akibat makanan ataupun akibat demineralisasi asam sehingga perlu ditutup dengan menggunakan sealant sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut berupa karies.
a.   Tipe Pit dan Fissure
      Ada 2 tipe pit dan fissure, yaitu:
  • Tipe 1, berbentuk huruf V dan celahnya dangkal dan sedikit lebar.
  • Tipe 2, berbentuk huruf I dimana celahnya dalam dan sempit.
b. Indikasi dan Kontra Indikasi Pit dan Fissure Sealant
    Indikasi Penggunaan Pit dan Fissure Sealant
  •  Pit dan fissure tipe 2.
  • Gigi erupsi < 4 tahun. Namun bila umur 7 tahun ada bercak kehitaman boleh diberikan fissure sealant.
  •  Bila gigi molar 1 sudah ada karies, molar 1 yang lain cenderung terkena karies, sehingga perlu diberi sealant.
   Kontra Indikasi Penggunaan Pit dan Fissure Sealant
  • Pit dan fissure tipe 1.
  • Pasien dengan karies interproksimal dan belum mendapatkan tindakan pencegahan karies.
  • Gigi bebas karies > 4 tahun.
  • Pasien yang rentan karies.
c.  Jenis dan Material yang digunakan dalam Pit dan Fissure Sealant
  • Sistem etsa dan polomerisasi. Menggunakan flowable resin komposit yang lebih encer.
  • Sistem non etsa. Menggunakan GIC tipe 7.
d. Cara Aplikasi Pit dan  fissure sealant
    (a) Sistem Etsa
  • Gigi diberikan OP terlebih dahulu.
  • Isolasi gigi dan keringkan permukaan gigi.
  •  Etsa fissure selama 15 sampai 30 detik.
  • Cuci dengan air dan keringkan dengan semprotan udara ringan.
  • Akan muncul bercak putih setelah dilakukan etsa karena terbentuk tag pada gigi untuk retensi.
  • Aplikasi bonding lalu curing selama 20 sampai 40 detik.
  • Aplikasi flowable resin komposit lalu curing selama 20 sampai 40 detik.
  • Cek oklusi dengan articulating paper.
    (b) Sistem Non Etsa
  • Cuci pit dan fissure sealant.
  • Keringkan permukaannya.
  • Aplikasikan cairan kondisioner.
  • Cuci lagi dan dikeringkan.
  • Aplikasikan material GIC.
  • Jangan terkena air selama 1 jam.

Referensi: Kuliah drg. Dharli Syafriza, Sp.KGA - FKG Unsyiah


   Silahkan dijadikan bahan referensi belajar buat sobat semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, bila ada pertanyaan maupun saran dimohon komentarnya yang membangun. Trims ^^

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih materinya, sangat berguna untuk kami yang semester ahir. :)

Posting Komentar

Berkomentarlah yang bijak sobat ^^

 
;